Minggu, 16 Juni 2019

Terima Kasih SD Muhammadiyah PK Kottabarat


Hassya Maykayla Raihanie
Lima tahun putri kami Hassya Maykayla "Keke" Raihanie menimba ilmu di SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo. Kenapa hanya lima tahun? Karena kelas dua, Kay sempat pindah ke Kota Pekalongan mengikuti saya bertugas di sana.
Sekolah ini Papanya yang pilih. Saya yang dulu sibuk di kantor dan sering luar kota, manut dan ngikut apa pun keputusan Papanya. Beliau yang mengajak Kay survey sekolah, membandingkan, dan akhirnya mendaftarkan ke sekolah ini.Papanya anak-anak yang aktif berkenaan dengan urusan sekolah.
Menjadi sekolah favorit di Kota Bengawan, SD Muh. PK Kottabarat jauh-jauh hari telah membuka pendaftaran. Informasi yang kurang saat itu membuat saya terlewatkan mendaftarkan Kay ke SD Muh. PK Kottabarat. Beruntung Ustaz Roni, guru Kay di TK Islam Fatiha Manahan, saat itu menginformasikan masih ada penerimaan siswa baru gelombang II di SD tersebut. Waktu itu sekitar Desember, sekitar enam bulan dari penerimaan siswa baru di sekolah negeri. 
Harap-harap cemas ketika saya mendaftarkan putri pertamaku itu ke SD Muh. PK Kottabarat. Hal itu karena kuota calon siswa yang diterima di gelombang II hanya sedikit, untuk menggenapi kursi yang tidak terisi dari penerimaan gelombang I. Apalagi pesaing Kay tetap banyak, karena mayoritas pendaftar baru mendengar informasi penerimaan siswa baru di SD tersebut.   
Setelah melalui serangkaian tes, Kay akhirnya lulus dan dinyatakan diterima. Ujian yang “di luar” kebiasaan karena sesuai regulasi tidak dibenarkan seleksi masuk SD ada tes calistung. Namun di banyak SD favorit, tes calistung sudah lumrah dan biasa dilakukan untuk mengeliminasi banyaknya jumlah pendaftar.
Memulai belajar di kelas satu, Kay diajar oleh guru-guru paling senior di sekolah ini. Kay yang memang ceria dan mandiri karena sudah masuk daycare sejak dini tidak mengalami masalah sama sekali dengan akademik. Tapi ternyata sifatnya yang cuek dan suka cerita akhirnya ramai sendiri di kelas, menjadikannya sering "dihukum" oleh ustazahnya kelas satu.
Disuruh istighfar sambil berdiri sudah sering dia lakoni katanya. Hal yang sangat berkesan baginya dan tak terlupa. Tindakan tegas dari ustazahnya ini katanya yang membuatnya lama-lama jadi lebih kalem. Ustaz kelas satu yang satunya adalah ustaz yang menurut saya paling sabar di sekolah ini. Siapa pun yang berbicara dengan beliau akan mendapatkan aura adem yang selalu menenangkan. Ternyata berpengaruh juga ke Kay. Kay yang berkepribadian kholeris dan cenderung bossy saat kecil, dapat teredam dengan banyak petuah dan kesabaran dari ustaz-ustazahnya yang luar biasa, memberinya dasar yang kuat di kelas satu. Sayang, kemarin lupa enggak foto bareng beliau-beliau saat wisuda.
Kelas dua Kay melaluinya di Pekalongan. Di sana dia pagi sekolah di SD Muhammadiyah Bendan, SD terbaik di Kota Batik. Sorenya Kay sekolah  di madrasah. Tidak ada full day school seperti di Solo. Belajar di madrasah ini mengasah kemampuan Kay dalam hafiz Alquran.
Lepas kelas dua, kelas tiga Kay kembali lagi ke Solo. Saat kelas tiga adalah momen paling sedih baginya. Kehilangan ustaz wali kelas yang sangat disayanginya. Ketika ustaznya sakit sampai meninggal, dia menulis surat dan menangis berhari-hari. Pribadinya yang memang tidak ekspresif dan spontan dalam menunjukkan emosi, menjadikannya lebih banyak menuangkan kesedihannya dalam bentuk tulisan. Saat inilah mulai kegemarannya menulis bermula. Saat kelas tiga ini, di pertengahan semester dua Kay mengalami diajar oleh hampir seluruh pengajar di sekolahnya. Kenapa? Karena ustaz wali kelasnya meninggal, sementara ustazah pendamping harus cuti hamil. Saat yang mengesankan katanya, karena bisa merasakan gaya mengajar yang berbeda-beda dari ustaz-ustazah yang berganti-ganti tiap hari.
Kelas empat, wali kelas dan pendamping Kay semuanya berkarakter kalem. Mulai kelas empat ini, saya baru mengikuti perkembangan Kay di sekolah. Saya sudah resign, dan usahanya sebagai DC HWI sudah mulai tertata. Saya pun aktif berkomunikasi dengan ustaz-ustazahnya saat itu. Saat kelas empat ini kata Kay dia seperti mendapat dua ortu yang semuanya sabar dan lemah lembut di sekolah. Benar-benar merasa disayangi seperti anak, katanya.
Kelas lima, saya yang tidak pernah aktif sama sekali di kegiatan sekolah terpilih menjadi komite sekolah. Tak hanya komite kelas lima, saat itu ternyata saya juga ditunjuk masuk pengurus gabungan komite yayasan sekolah yang terdiri dari beberapa komite mulai dari TK-SMA. Di kelas lima, saya yang hanya kenal ortu dari sahabat Kay, akhirnya merapat ke sekolah, sering koordinasi dengan guru, dan akrab dengan ortu siswa lainnya. Di kelas lima ini, full kegiatan yang berkesan bagi Kay.
Aneka kegiatan seperti berkurban ke lingkungan yang kurang beruntung, kampung Ramadan di desa selama beberapa hari, rihlah ilmiah keluar kota, dsb. Kay juga mewakili SD dan Kota Solo ke Jambore Hizbul Wathan (HW) tingkat Jateng di Klaten.
Ustaz-ustazahnya juga punya karakter berbeda-beda dan semuanya mewarnai positif baginya. Kelas lima ini Kay mulai menyukai matematika, mapel yang dulu sangat dibencinya. Kay juga mulai aktif di jurnalistik dan belajar menulis lebih intens, sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kelas enam, saya masih menjadi pengurus komite. Kegiatan kelas enam yang super padat, menjadikannya semakin sering ke sekolah. Saya juga makin intens berkomunikasi dengan ustaz-ustazah Kay. Kekhawatirannya atas nilai matematika Kay yang dari awal sampai try out selalu remuk, membuat saya lebih konsen pada matematika. Dan alhamdulillah, saat USBN kemarin dengan kemampuan matematika Kay yang sebelumnya terbatas karena dia tidak paham, ternyata mampu meraih nilai yang memuaskan. Di kelas enam ini, Kay memiliki wali kelas dan PA yang diampu dua guru yang berbeda. Yang satu kalem lembut, yang satu tegas. Berasa kaya punya ortu kedua di sekolah.
Semua guru yang mengajar Kay mewarnai karakter dia. Membentuknya, dan mendidiknya tak hanya di bidang akademik, tapi juga akhlak dan kepribadiannya. Pembiasaan positif seperti salat duha, tilawah, murojaah, dsb dari sekolah, menjadikan dia otomatis tetap menjalankannya walau bukan hari sekolah sekalipun. Tak hanya guru yang mengajar, kepsek, TU, guru perpus, penjaga sekolah, ibu dapur, penjaga koperasi, dan seluruh elemen sekolah juga memberikan pelajaran baginya tentang arti bermasyarakat.
Ada kalanya sebagai ortu ada hal yang tidak sejalan dengan sekolah, tapi dengan komunikasi dua arah semua ganjalan apapun dapat terselesaikan dengan baik akhirnya. Semoga semua ilmu yang didapat dari sekolah menjadi ilmu yang bermanfaat, menjadikan Kay insan yang bermaslahat sebesar-besarnya kepada agama, nusa, dan bangsa kelak. Amin.
Matur nuwun sebesar-besarnya untuk semua elemen di SD Muhammadiyah PK Kottabarat yang selama lima tahun ini sudah mendidik Kay. Dan selamat SD Muhammadiyah PK Kottabarat mampu mempertahankan prestasi peringkat pertama rata-rata tertinggi hasil USBN tingkat Kota Solo. (Liana Indrawati)

Wisudawan SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Solo melakukan lempar topi saat upacara wisuda di The Alana Hotel & Convention Center Jl. Adisucipto, Colomadu, Karanganyar, Sabtu (15/6/2019).















0 komentar:

Posting Komentar