Sabtu, 31 Agustus 2019

Sultan Agung Ubah Kalender Jawa Ikuti Islam


Di berbagai belahan dunia, terdapat banyak kalender yang dijadikan acuan dan penentuan waktu. Di antaranya kalender Masehi, Hijriah, Saka, China, hingga Kalender Jawa.

Akan tetapi, jika ditelisik lebih mendalam, terdapat beberapa kesamaan antara penanggalan Hijriah dengan Jawa. Yang paling kentara yakni awal kalender Hijriah yaitu 1 Muharram yang berbarengan dengan 1 Sura dalam penanggalan Jawa.

Dari beberapa sumber, pada saat itu agama Islam semakin banyak tersebar. Sultan Agung mengubah sistem penggunaan kalender Saka di kalangan masyarakat Jawa menjadi sesuai kalender Hijriah. Maka diadopsilah kalender Hijriah dengan beberapa penyesuaian.

Maka jadilah nama bulan kalender Saka menjadi Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar. Nama bulan itu mirip dengan urutan kalender Hijriah yakni Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, Zulhijah.

Awal bulan kalender Jawa juga diganti, yang awalnya pada hari raya Nyepi sekitar Maret pada kalender Masehi menjadi disamakan dengan kalender Hijriyah. Maka jadilah awal kalender Jawa 1 Sura sama dengan 1 Muharam.

Perubahan yang dilakukan Sultan Agung itu hanya pada awal tahun dan nama bulan. Untuk tahun Sultan Agung memilih meneruskan tahun Saka yang sebelumnya digunakan.

Perubahan sistem kalender dilakukan Sultan Agung bersamaan dengan 1 Muharram 1043 Hijriah atau 8 Juli 1633 Masehi yang bertepatan dengan 1555 tahun Saka. Sehingga pertama kali kalender Jawa buatan Sultan Agung bukan 1 Sura tahun 1 tetapi 1 Sura tahun 1555.

Sistem kalender yang dibuat Sultan Agung itu pun masih digunakan hingga saat ini. Berbagai tradisi Jawa hingga saat ini masih mengacu pada kalender tersebut. (Okezone)


0 komentar:

Posting Komentar