Selasa, 14 Mei 2019

3 Jenis Sabar


1. Sabar dalam melaksanakan taat kepada Allah
Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah dalam memerintahkannya.” (QS. Thaha: 132)

Dalam ayat di atas disebutkan perintah sabar dalam melaksanakan taat, yaitu seorang suami harus bersabar dalam memerintahkan istrinya untuk mengerjakan shalat. Memang seperti itulah tugas seorang suami, ia harus bisa memimpin bahtera rumah tangganya dan memerintahkan keluarganya untuk melakukan kebaikan.

Dalil lainnya adalah,

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَه

“Dan bersabarlah kamu terhadap orang-orang yang senantiasa berdoa kepada Rabbnya di waktu pagi dan sore hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28).

Ayat di atas adalah perintah sabar terhadap orang-orang baik, yang senantiasa berdoa dan menyeru di jalan Allah. Karena yang namanya pertemanan, pasti akan dijumpai suatu hal yang tidak menyenangkan, oleh karena itu Allah perintahkan bersabar jika menjumpai suatu hal yang tidak menyenangkan dari saudaranya.

2. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan
Hal inilah yang terjadi pada Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Beliau diajak berzina oleh istri seorang al-‘aziz di tempat yang sudah aman lagi tertutup rapat, sehingga tidak mungkin ada orang yang tahu. Selain itu, istri al-‘aziz juga memiliki kekuasaan dan kekuatan terhadap Yusuf, namun Yusuf mampu menghidari ajakan berzina dari seorang wanita yang cantik, padahal dia sendiri adalah seorang pemuda yang masih belia, sehingga sangat mudah untuk tergoda melakukan zina.

Akan tetapi, Yusuf lebih memilik bersabar dalam menjahi kemaksiatan sehingga ia pun rela dipenjara. Sebagiamana yang Allah ceritakan dalam firman Nya

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

“Yusuf berkata: ‘Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika Engkau tidak hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh’.” (QS. Yusuf: 33).

3. Sabar dalam menerima takdir Allah
Sabar jenis yang ketiga adalah dalam menerima takdir yang Allah berikan. Allah Ta’ala berfirman

فَٱصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ

“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabbmu.” (QS. Al-Insan: 24)

Takdir adalah sebuah ketetapan Allah, dari takdir yang baik sampai takdir yang buruk, seorang muslim wajib menerimanya. Dia tidak boleh protes dengan takdir yang telah Allah tetapkan untuknya. Karena setiap takdir yang Allah tetapkan, pasti ada hikmahnya.

Namun seorang tidak boleh melakukan dosa dan maksiat dengan alasan takdir. Takdir yang telah Allah tetapkan, wajib seorang muslim untuk ridha kepadanya. Akan tetapi, perbuatan buruk yang dilakukan semisal dosa dan maksiat, kita dilarang ridha. Patut dibedakan dalam 2 hal ini.

Ketika seorang muslim tertimpa takdir yang buruk semisal musibah sakit atau kematian, ingatlah bahwa para Rasul memiliki cobaan yang jauh lebih berat dibanding kita semua. Oleh karena itu Allah perintahkan kita untuk meniru para Rasul dalam hal bersabar.

Allah Ta’ala berfirman

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar (adzab) disegerakan untuk mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 3)

0 komentar:

Posting Komentar