Selasa, 16 Juli 2019

Pantai Popoh


Pantai kedua yang kami kunjungi kemarin adalah Pantai Popoh. Pantai lawas yang zaman saya kecil dulu sudah jadi tujuan wisata. Saya terakhir ke pantai ini saat saya dan suami masih pengantin baru, belum hamil Kay. Berarti hampir 13 tahun lalu.

Kondisi pantai yang dulu ramai dikunjungi pengunjung ini sekarang tak seindah dulu. Pantai yang dulu dikelola oleh pemilik pabrik Retjo Pentoeng ini terlihat kurang terawat. Pabrik Retjoe Pentoeng sudah kolaps, namun sisa-sisa kejayaannya seperti patung "Buto" dan sejenisnya, serta areal pemakaman masih ada. 

Aura mistis yang kental, menjadikan saya dan keluarga dulu tidak terlalu suka mengunjungi tempat ini. Saat berkunjung disini, Kay merasakan aura yang kurang menyenangkan disini dan sempat bertanya kepada saya dan papanya. Kami minta saja dia banya baca doa dan sholawat. Toh yang tak kasat mata itu memang ada dimana-mana. Mereka punya dunia tersendiri, layaknya kita manusia. Saling berdampingan beda alam.

Alhamdulillah Kay yang dulu kecil bisa "melihat" hal-hal gaib sekarang sudah tidak bisa lagi. Sejak mulai menghafal Al-Qur'an dan rutin mengaji, dia sudah tidak bisa melihat yang tak kasat mata. Paling pol hanya merasakan hawanya, sama seperti saya.

Kembali ke pembahasan Pantai Popoh, pantai ini tidak bisa untuk mandi atau main pasir karena pinggir pantainya terdiri atas bebatuan. Di pinggir dermaga pantai berjajar puluhan perahu nelayan yang bersandar. Ada juga perahu wisata yang bisa disewa untuk menyeberangi lautan menuju pulau-pulau disekitar Pantai Popoh.



 












0 komentar:

Posting Komentar